Menteri BUMN Erick Thohir di acara Mendengar Jiwa di Pos Bloc, Jakarta Pusat.
INDOZONE.ID - Keynote speaker di acara Mendengar Jiwa diisi oleh Menteri BUMN Erick Thohir yang membahas seputaran bullying, kondisi kesehatan mental hingga aksi bunuh diri. Di acara itu, Erick membongkar data terkait peningkatan kasus bullying dari tahun ke tahun.
Awalnya, Erick menceritakan pengalaman dirinya saat masih duduk di bangku sekolah. Dia mengaku sempat mendapat aksi bullying dari rekannya.
"Sebagai pribadi, saya waktu sekolah di SMA 3 dimana saya baru pindah sekolah dari Cikini ke SMA 3. Ini anak baru nih sama teman yang satu angkatan ya mungkin dialami juga hari ini, dipanggil, dikelilingi, dicolek-colek yang ujung-ujungnya kita dibully," kata Erick di Pos Bloc, Jakarta Pusat, Sabtu (12/11/2024).
Karena faktor itu lah dia mengaku sangat tidak suka dengan aksi-aksi bullying sampai saat ini. Ketika dirinya sudah menjadi pemimpin, dia mengaku tetap anti dengan aksi bullying.
Baca Juga: Intip Keseruan Acara Mendengar Jiwa di Pos Bloc, Bisa Refresh Kesehatan Mental Anak Muda
"Saya yakini ini kebatinan. Jadi stigma saya, saya tidak suka melihat itu. Saya jadi pemimpin tidak suka bully. Kalau ada unsur-unsurbully saya lawan, karena itu bagaimana jadi beban yang masuk ke jiwa kita. Saya bukan ahlinya tapi saya alami," ungkap Erick.
Kemudian, Erick membeberkan data terkait aksi bullying. Dari data itu menunjukan angka peningkatan drastis aksi bullying dari tahun ke tahun.
"Ini data-data yang saya rasa sebuah yang memang sangat-sangat prihatinkan. 60 persen pelajar SMP, SMA menunjukan gejala gangguan mental emonisional. Kita lihat kasus bully terus meningkat dari tahun 2022 ke tahun 2023 yang tadinya 226 kasus jadi 3.800 kasus," kata Erick.
Peningkatan kasus bullying ini disebut Erick sangat mempengaruhi terhadap situasi kesehatan mental bagi para pelajar. Pasalnya, kesehatan mental tidak bisa dilihat dengan kasat mata, berbeda dengan luka akinat jatuh dari motor.
Baca Juga: Pernah Takut Bahagia? Ternyata Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
"Artinya perlu solusi ruang aman, ruang diskusi apapun metodenya yang bisa kita deteksi lebih dini, atau mendeteksi apapun yg memberatkan kita. Tentu hal ini bahwa tidak bisa ini didiamkan karena tadi tolak ukurnya bukan semua yang bisa diukur. Ini lah yang saya rasa tentu bisa kita lihat di lingkungan sekolah, kampus," kata Erick.
Berkaitan dengan data kasus bunuh diri di Indonesia, Erick menyebut angkanya juga sangat besar.
"Per Agustus 2024, data dari Kepolisian Republik Indonesia menyatakan ada 849 kasus bunuh diri," papar Erick.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung