Trauma dumping biasanya disertai dengan keinginan untuk mendapatkan simpati atau umpan balik dari orang lain.
Orang yang hanya sekedar melampiaskan emosi biasanya akan menyadari kalau mereka lagi mengekspresikan emosinya yang terpendam, misal tentang kekesalannya hari ini tanpa mengharapkan simpati dari orang lain.
Tak jarang orang yang melampiaskan emosi justru sering mendapat perspektif baru yang dapat membantu mereka untuk meredakan rasa stres dan emosi terpendam mereka saat mengungkapkannya pada orang lain.
Sedangkan orang yang mencurahkan traumanya, kebanyakan mereka tidak punya kemampuan merefleksikan dirinya untuk memproses emosi negatifnya.
Sehingga bisa menyebabkan sebagian orang lain yang melihat itu jadi menganggapnya sebagai tanda toksisitas yang menguras energi.
Pasalnya tidak cukup mampu memberikan respon dengan cara yang tepat, serta bisa menimbulkan rasa ketidaknyamanan, hingga bisa memicu orang lain yang mungkin juga punya pengalaman traumatis yang serupa seperti PTSD (gangguan stres pascatrauma).
Penting untuk diketahui bahwa pembuangan rasa trauma bisa dikenali tanda-tandanya, diantaranya:
Seseorang yang secara tidak sadar melakukan trauma dumping juga bisa disebabkan dari trauma masa kecil atau pengalaman yang belum terselesaikan di masa lalunya yang masih membekas.
Misalnya seperti dalam gambaran lingkungan keluarga, ketika orang tua yang menurunkan perasaan trauma masa lalunya ke anak-anak mereka dengan dalih untuk memperbaiki pola asuh atau justru pola asuhnya menurunkan cara yang sama saat ketika mereka mendapatkan rasa trauma tersebut.
Pada saat orang tua yang terlalu membebankan anaknya pada persoalan rumah tangga yang sering membuat anak-anaknya justru dipaksa dewasa sebelum waktunya, sehingga meninggalkan rasa traumatis yang mempengaruhi mereka saat tumbuh dewasa.
Dalam menerima ataupun membuang emosi negatif terkadang memang terasa menguras energi, bahkan beberapa ada juga yang masih sering kali gagal untuk memahami perasaan emosinya sendiri.
Tidak ada salahnya untuk membagi perasaan negatif kita ke orang lain, asalkan dilakukannya dengan porsi yang cukup dan seimbang untuk saling mau mendengarkan.
Berikut beberapa cara mengatasi trauma dumping ke dalam bentuk curahan hati yang lebih positif:
Meskipun mencurahkan isi hati baik lewat teman, keluarga, ataupun menuliskannya di akun media sosial bisa terasa membantu. Namun jika dilakukannya tidak memperhatikan batasan-batasan juga bisa membuat diri kita jadi terlihat beracun untuk orang lain.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Newport Institute