Selain itu, orang dengan masalah kesehatan mental sering kali tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai, yang memperburuk kondisi fisik mereka.
Salah satu contoh nyata adalah gangguan kecemasan. Orang yang mengalami gangguan ini cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi, yang dapat menyebabkan masalah fisik seperti hipertensi.
Selain itu, mereka mungkin cenderung mengabaikan kebiasaan hidup sehat, seperti berolahraga dan makan dengan baik, yang berkontribusi pada kesehatan fisik yang buruk.
Baca Juga: Orangtua Wajib Tau, Inilah 5 Tanda Gangguan Kesehatan Mental pada Anak
Mengingat dampak signifikan dari kesehatan mental terhadap kesehatan fisik, penting untuk mengatasi masalah kesehatan mental secara serius.
Berbagai pendekatan dapat diambil untuk meningkatkan kesehatan mental, termasuk terapi psikologis, meditasi, dan kegiatan fisik.
Terapi psikologis, seperti terapi kognitif perilaku (CBT), telah terbukti efektif dalam membantu individu mengatasi kecemasan dan depresi.
Selain itu, olahraga juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Aktivitas fisik merangsang pelepasan endorfin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan.
Berolahraga secara teratur tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik tetapi juga meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
Pentingnya kesehatan mental harus diperkenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Kesadaran tentang kesehatan mental yang rendah sering kali mengakibatkan stigma, yang dapat membuat individu enggan mencari bantuan.
Melalui pendidikan dan kampanye, kita dapat membantu menghilangkan stigma ini dan mendorong orang untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi.
Berbagai organisasi kesehatan mental juga berperan dalam menciptakan kesadaran dan menyediakan sumber daya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
Program-program yang menawarkan dukungan psikologis dapat membantu individu mengatasi tantangan emosional dan psikologis yang mereka hadapi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Telkomuniversity.ac.id, American Psychological Association